A middle aged woman has a heart attack and is taken to the hospital. While Mistaken Identity On the operating table she has a near-death experience. During that experience she sees God and asks if this is it. God says no and explains that she has another 30-40 years to live. Upon her recovery she decides to just stay in the hospital and have a face lift, liposuction, breast augmentation, and a tummy tuck. She even has someone come in and change her hair colour. She figures that since she's got another 30 or 40 years she might as well make the most of it. She walks out the hospital after the last operation and is killed by an ambulance speeding up to the hospital. She arrives in front of God again and asks, "I thought you said I had another 30-40 years?" God replies, "Sorry, I didn't recognize you."
1 Comment
::: Pendahuluan
Poka-yoke (diucapkan "po-ka-yo-ke”) berasal dari bahasa Jepang yokeru yang berarti “menghindari” dan poka yang berarti “kesalahan (diakibatkan kelalaian dan/atau ketidaksengajaan)”. Konsep Poka-Yoke ditemukan oleh Shigeo Shingo, seorang insinyur di Matsushita manufacturing, dan merupakan bagian dari Toyota Production System. Poka-Yoke awalnya disebut sebagai Baka-Yoke, namun karena artinya kurang pantas, yaitu “menghindari ketololan”, maka kemudian diubah menjadi Poka-Yoke. Secara umum, Poka-Yoke didefinisikan sebagai suatu konsep manajemen mutu guna menghindari kesalahan akibat kelalaian dengan cara memberikan batasan-batasan dalam pengoperasian suatu alat atau produk. Jadi, tujuan utama dari penerapan konsep Poka-Yoke ini adalah untuk mencapai keadaan bebas-cacat (zero-defects). Poka-Yoke sendiri lebih dipandang suatu konsep ketimbang sebuah prosedur, karenanya penerapannya dimulai dari apa yang karyawan pikir dapat mereka lakukan untuk mencegah kesalahan di area kerja mereka, dan bukan sebagai langkah-demi-langkah bagaimana melakukan suatu pekerjaan. ::: Jenis dan Karakteristik Shigeo Shingo memperkenalkan 3 jenis Poka-Yoke: • Metode Kontak, mengidentifikasi apakah ada kontak antara alat dan produk. • Metode Nilai-Tetap, memastikan apakah sejumlah tertentu gerakan telah dilakukan. • Metode Tahap-Gerak, memastikan apakah sejumlah langkah proses tertentu telah dilakukan. Setiap orang seharusnya dapat mempraktekkan Poka-Yoke di area kerja masing-masing, karena prinsip-prinsip dasar dari Poka-Yoke sesuai dengan karakteristik dari perangkat Poka-Yoke, dimana sebuah perangkat Poka-Yoke haruslah memiliki karakteristik sebagai berikut: 1) Dapat digunakan oleh semua orang/karyawan 2) Mudah dipasang 3) Tidak memerlukan perhatian terus-menerus dari operator 4) Murah, kurang dari USD 50 5) Dapat memberikan umpan-balik dan/atau tindakan korektif/pencegahan secara cepat Poka-Yoke berfungsi optimal saat ia mencegah terjadinya kesalahan, bukan pada penemuan adanya kesalahan. Karena kelalaian operator biasanya terjadi akibat letih, ragu-ragu atau bosan/jenuh. Keberadaan Poka-Yoke menjadi sangat berarti karena solusi mencegah terjadinya kelalaian tersebut sama sekali tidak memerlukan perhatian penuh dari operator bahkan saat si operator sedang tidak fokus dengan apa yang dikerjakannya. ::: Penerapannya Berikut adalah contoh-contoh kasus penerapan Poka-Yoke diberbagai kondisi: • Kunci kendaraan (motor dan mobil) didesain sedemikian rupa sehingga pengemudi tidak bisa melepaskan kunci sebelum kunci pada posisi ‘OFF’. Pada kendaraan dengan sistem transmisi otomatis, bahkan kunci kendaraan tidak bisa dilepaskan sebelum posisi transmisi di posisi ‘PARK’ • Disket komputer berukuran 3,5” didesain sedemikian rupa sehingga bisa masuk ke drivernya jika posisinya benar • Dalam proses manufaktur, biasanya jig didesain sedemikian rupa sehingga hanya memungkinkan material diproses dalam arah dan letak tertentu • Di beberapa produk, biasa kita jumpai posisi sekrup tidak simetris, sehingga saat akan dipasang kembali, hanya dimungkinkan jika arah dan posisinya sesuai • Keping SIM card pada telepon genggam, pada salah satu ujungnya di trim sehingga posisi letaknya tidak bisa tertukar Sumber: MIN Consulting ---------------------------- Ingin berlangganan artikel-artikel mengenai manajemen mutu? Silahkan daftar di situs MIN Consulting Halo member, saya baru saja upload pedoman penerapan sistem manajemen mutu ISO 9000 untuk institusi pendidikan melalui ISO/IWA 2:2003. Silahkan download dari halaman "Download" - "Standards & Guidelines" atau klik disini.
Halo member, saya baru saja upload konsep Integrated System OHSMS OHSAS 18000, EMS ISO 14000 dan QMS ISO 9000. Silahkan download dari halaman "Download" - "Management Systems" atau klik disini.
::: Pendahuluan
Dewasa ini tuntutan pelanggan terhadap produk/jasa yang bebas-cacat (zero-defect) semakin meningkat. Untuk memenuhi tuntutan tersebut, banyak konsep manajemen mutu diterapkan dan bahkan beberapa perusahaan ada yang sudah mengklaim bahwa produk/jasanya bebas-cacat. Namun apakah produk/jasa bebas-cacat mencerminkan prosesnya juga bebas-cacat? Ternyata dibalik label tersebut sering dijumpai bahwa prosesnya dihasilkan melalui proses rework, reprocess, inspeksi, dan proses lain yang tidak memberi nilai tambah. Dapatkah perusahaan mencapai level mutu tinggi (bebas-cacat) tetapi tetap profitable? Melalui pendekatan “menciptakan produk/jasa bebas-cacat sejak awal proses” yang menjadi landasan dalam konsep Six Sigma, diharapkan mampu memuaskan pelanggan dan stakeholder. Konsep Six Sigma yang dimotori oleh Motorolla, Inc. ini merupakan konsep peningkatan mutu yang mengoptimalkan penerapan teknik statistik sejak desain hingga proses operasional untuk menjamin produk bebas-cacat. ::: Sejarah Six Sigma adalah seperangkat kegiatan yang mulanya dikembangkan oleh Bill Smith di Motorola pada tahun 1986 dalam rangka memperbaiki proses-proses secara sistematis melalui eliminasi cacat. Cacat (defect) sendiri didefinisikan sebagai ketidaksesuaian produk atau jasa terhadap spesifikasi dan/atau persyaratannya. Seperti juga metode-metode pendahulunya, seperti: quality control (QC), total quality management (TQM), dan Zero Defect, Six Sigma menganut konsep-konsep berikut: • Upaya berkesinambungan dalam mengurangi variasi dari keluaran proses merupakan kunci keberhasilan bisnis • Proses bisnis dan manufaktur dapat diukur, dianalisis, diperbaiki dan dikendalikan • Keberhasilan mempertahankan mutu memerlukan komitmen dari seluruh personil dalam organisasi, mulai dari manajemen puncak hingga operator Bill Smith sebenarnya tidak “menemukan” Six Sigma, lebih tepat dikatakan, ia mengkombinasikan alat-alat mutu yang telah tersedia sejak tahun 1920-an oleh pendahulunya, seperti: Shewhart, Deming, Juran, Ishikawa, Ohno, Shingo, Taguchi and Shainin, sehingga menjadi serangkaian metodologi yang solid dan menghasilkan manfaat lebih besar ketimbang jika digunakan secara terpisah. Bill Smith juga menerapkan tingkatan kompetensi personil mengikuti aturan seni beladiri Jepang, seperti: "Yellow Belt", "Green Belt" dan "Black Belt". ::: Definisi Sigma diambil dari huruf kecil ke-18 dari alfabet Yunani (σ), dan digunakan dalam ilmu statistik sebagai simbol stadar deviasi. Istilah “six sigma” sendiri berasal dari pengertian bahwa jika suatu nilai berada pada keadaan 6σ antara titik tengah dengan batas deviasi terdekatnya, bisa dikatakan secara praktis tidak akan ada produk gagal. Pendekatan pengendalian proses 6σ dari Motorola mengizinkan adanya pergeseran nilai rata-rata dari proses industri sebesar ± 1,5σ sehingga akan menghasilkan tingkat ketidaksesuaian sebesar 3,4 per sejuta kesempatan (3,4 DPMO = defects per million opportunities), artinya setiap satu juta kesempatan akan terdapat kemungkinan 3,4 ketidaksesuaian. Konsep ini berbeda dengan konsep 6σ teoritiknya yang dihitung berdasarkan distribusi normal terpusat (normal distribution centered) akan menghasilkan tingkat ketidaksesuaian sebesar 0,002 DPMO. Perbedaan konsep ini ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. perbedaan konsep 6σ teoritik dengan 6σ Motorola ====================================================== Spec limit | konsep 6σ teoritik | konsep 6σ Motorola | (normal distribution centered) | (normal distribution shifted 1.5σ) |-------------------------------------------------------------------------------- | Persen | DPMO | Persen | DPMO ------------------------------------------------------------------------------------------------ ± 1σ 68,2700000 317.300,0000 30,230000 697.700,00 ± 2σ 95,4500000 45.500,0000 69,130000 308.700,00 ± 3σ 99,7300000 2.700,0000 93,320000 66.810,00 ± 4σ 99,9937000 63,0000 99,379000 6.210,00 ± 5σ 99,9999430 0,5700 99,976700 233,00 ± 6σ 99,9999998 0,0020 99,999660 3,40 ====================================================== ::: Metodologi Six Sigma memiliki 2 metodologi kunci: DMAIC and DMADV, keduanya mengambil konsep siklus PDCA (plan-do-check-act) dari W. Edwards Deming. DMAIC digunakan untuk memperbaiki proses bisnis yang sedang berjalan, dan DMADV digunakan untuk menciptakan produk baru atau desain proses bagi kinerja bebas-cacat. * DMAIC DMAIC didefinisikan sebagai: 1) Define, definisikan peluang, misalnya: sasaran proyek terkait dengan persyaratan pelanggan. 2) Measure, ukur kinerja dari proses yang sedang berjalan. 3) Analyze, lakukan analisis terhadap kelemahan yang ada pada proses (seperti sumber-sumber cacat), jadikan kelemahan pada proses tersebut sebagai peluang perbaikan. 4) Improve, lakukan perbaikan terhadap kinerja proses-proses yang lemah tadi. 5) Control, kendalikan kinerja dari proses-proses yang diperbaiki tadi untuk mempertahankan keuntungan. * DMADV DMADV didefinisikan sebagai: 1) Define, definisikan peluang, misalnya: sasaran proyek terkait dengan persyaratan pelanggan. 2) Measure, ukur dan tetapkan persyaratan pelanggan serta bagaimana kompetitor memenuhi persyaratan tersebut. 3) Analyze, lakukan analisis terhadap berbagai pilihan proses guna memenuhi kebutuhan dan persyaratan pelanggan tersebut. 4) Design, desain proses-proses tersebut guna memenuhi kebutuhan dan persyaratan pelanggan. 5) Verify, lakukan verifikasi terhadap kinerja proses, terlebih lagi dalam kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan dan persyaratan pelanggan. Selain itu terdapat berbagai metodologi Six Sigma yang dikembangkan oleh berbagai institusi, seperti: DCCDI (Define, Customer Concept, Design, Implement) oleh Geoff Tennant, CDOC (Conceptualize, Design, Optimize, Control) oleh SBTI, DCDOV (Define, Concept, Design, Optimize, Verify) oleh Uniworld, DMADOV (Define, Measure, Analyze, Design, Optimize, Verify) oleh General Electric, DMEDI (Define, Measure, Explore, Develop, Implement) oleh PricewaterhouseCoopers, dll. ::: Implementation roles Salah satu inovasi kunci dari Six Sigma adalah hirarki fungsi-fungsi manajemen mutu yang diadopsi dari tingkatan dalam seni bela diri Jepang. Hirarki tersebut berfungsi juga sebagai jalur karir bagi seorang professional, mulai tingkat pelaksana hingga manajemen puncak. Tingkatan dalam Six Sigma adalah sebagai berikut: • Executive Leadership, termasuk CEO (chief executive officer) dan anggota tim manajemen puncak lainnya. Mereka bertanggung jawab dalam menyusun visi perusahaan. • Champions, bertanggung jawab dalam penerapan Six Sigma diseluruh organisasi. Champion juga bertindak sebagai mentor bagi Black Belt. Di GE, mereka disebut juga Quality Leader. • Master Black Belts, bertindak sebagai pelatih (coach) dan pakar (expert) Six Sigma dalam organisasi. Mereka membantu para Champion dan menuntun para Black Belt dan Green Belt. • Experts, tingkatan ini digunakan dalam Aerospace dan sektor Hankam. • Black Belts, melaksanakan proyek pekerjaan tertentu dibawah pengawasan Master Black Belt. • Green Belts, mereka adalah karyawan yang melakukan kegiatan-kegiatan Six Sigma berbarengan dengan fungsi dan tanggung jawab lainnya. Mereka melaksanakan kegiatan Six Sigma dibawah bimbingan Black Belt. • Yellow Belts, mereka adalah karyawan yang telah diberi pelatihan teknik-teknik Six Sigma, namun belum melakukan dan menyelesaikan sebuah proyek Six Sigma. Sumber: MIN Consulting ---------------------------- Ingin berlangganan artikel-artikel mengenai manajemen mutu? Silahkan daftar di situs MIN Consulting Halo member, saya baru saja upload Tabel relasi persyaratan OHSAS 18001:2007, ISO 14001:2004 dan ISO 9001:2008. Silahkan download dari halaman "Download" - "Standards & Guidelines" atau klik disini.
::: Pendahuluan
Penerapan sistem manajemen mutu tidak terlepas dari budaya kerja organisasi yang bersangkutan. Semakin baik budaya kerja organisasi tersebut, semakin efektif sistem manajemen mutu ISO 9000 yang diterapkan, Sebaliknya juga benar, semakin efektif sistem manajemen mutu ISO 9000 yang diterapkan pada suatu organisasi, semakin baik budaya kerja dalam organisasi tersebut. 5R, yaitu: Ringkas-Rapi-Resik-Rawat-Rajin, atau 5S dalam bahasa Jepang, yaitu: Seiri-Seiton-Seiso-Seiketsu-Shitsuke, merupakan suatu program terstruktur yang secara sistematis menciptakan ruang kerja (workplace) yang bersih, teratur dan terawat dengan baik. Lebih jauh lagi, di Jepang, 5R merupakan suatu filosofi dan suatu cara mengorganisasikan dan mengelola ruang kerja dengan menghilangkan pemborosan (waste). 5R juga bertujuan meningkatkan moral karyawan, kebanggaan dalam pekerjaan mereka serta rasa kepemilikan dan tanggung jawab mereka. Target utama dari 5R adalah moral dan efisiensi di ruang kerja. Prinsip 5R adalah mencegah pemborosan akibat kesulitan mencari dan mendapatkan suatu part atau komponen dalam suatu rangkaian proses produksi dengan cara mendesain ruang kerja sedemikian rupa sehingga hanya part atau komponen terkait saja yang ada di ruang kerja tersebut, dan ditempatkan secara rapi dan teratur sehingga mudah dicari dan dikembalikan lagi ke tempatnya semula. Pelaku 5R percaya bahwa manfaat dari metode tersebut diperoleh dari keputusan terhadap apa yang harus ditempatkan, dimana seharusnya itu ditempatkan, dan bagaimana itu disimpan. Proses pengambilan keputusan itu selanjutnya akan mengarah pada suatu dialog yang akan memperjelas pemahaman diantara karyawan mengenai bagaimana suatu pekerjaan seharusnya dilakukan. Hal ini akan secara sistematis akan menanamkan rasa kepemilikan karyawan terhadap proses yang dilakukan. Sebagai hasilnya, setahap demi setahap akan menciptakan kebiasaan kerja, kemudian menjadi standard kerja, dan akhirnya menjadi suatu budaya kerja. 5R sendiri telah banyak diadopsi oleh Negara-negara industri, termasuk Indonesia. Masing-masing, memiliki istilah sendiri yang disesuaikan dengan bahasa dan budaya setempat, seperti ditunjukkan dalam Table 1. ::: Definisi • Ringkas: Langkah awal dari 5R, yaitu menempatkan hanya material, part atau komponen yang diperlukan di ruang kerja, serta membuang segala material, part atau komponen yang tidak diperlukan lagi dari ruang kerja tersebut. Orang yang terlibat dalam langkah ini tidak perlu merasa bersalah karena membuang barang-barang yang tidak diperlukan. Gagasannya adalah untuk memastikan bahwa hanya barang yang diperlukan yang ada di ruang kerja. Bahkan jumlahnyapun harus berada dalam batas minimalnya. Karena itu, dengan langkah ini, efektivitas penggunaan ruangan, dan pembelian material akan mengarah pada kanban (just in time). • Rapi: Langkah ini merupakan peningkatan efisiensi karena dengan menempatkan segala sesuatu secara teratur sehingga mudah dan cepat diperoleh dan juga dikembalikan lagi ke tempatnya semula. Jika setiap orang dapat secara mudah dan cepat mengambil dan mengembalikan barang ke tempatnya, maka dengan sendirinya aliran proses menjadi lebih cepat dan produktivitas meningkat. • Resik: Langkah ini menyatakan bahwa setiap orang adalah petugas kebersihan, mulai dari operator hingga manajer. Resik berarti membersihkan hingga berkilau. Tidak ada area dalam suatu pabrik yang luput dari kebersihan. Setiap karyawan mesti melihat ruang kerjanya dari mata seorang pengunjung, dan selalu berpikir bahwa makin bersih dan berkilau maka makin berkesan. • Rawat: Langkah ini merupakan langkah menstandardisasikan kebersihan, baik personal maupun lingkungan. Setiap orang mesti merawat kerapihan dan kebersihan diri sendiri. Manajemen visual merupakan hal yang penting disini. Penerapan warna, kode dan simbol dari area pabrik bertujuan untuk memudahkan setiap orang mengetahui secara cepat ketidaksesuaian yang terjadi. • Rajin: Ini merupakan langkah terakhir yang bertujuan memelihara standard begitu ke-4R lainnya telah tertanam. Tujuan dari langkah ini adalah untuk mengurangi bahkan menghilangkan kebiasaan buruk karyawan dan menjaga secara konsisten, standar kebersihan dan kerapihan terus dijalankan. Pada tahap ini, kebersihan dan keteraturan telah menjadi kebiasaan dan budaya kerja sepanjang waktu, tanpa perlu diingatkan lagi oleh manajemen. Table 1. Definisi 5R ======================= Jepang Indonesia Inggris ======================= Seiri Ringkas Clear Out Seiton Rapi Classify Seiso Resik Cleaning Seiketsu Rawat Conformity Shitsuke Rajin Custom ======================= ::: Contoh Ringkas: Membuang seluruh sampah dan material yang tidak relevan dari ruang kerja Rapi: Mengatur barang-barang sehingga mudah dan cepat diambil dan dikembalikan lagi Resik: Membersihkan ruang kerja; setiap orang adalah petugas kebersihan Rawat: Standardisasi cara memelihara kebersihan dan kerapihan Rajin: Terapkan 5R setiap hari – buat sebagai cara hidup; ini berarti juga suatu komitmen ::: Keterkaitan dengan konsep lainnya 5R digunakan juga dengan konsep Lean lainnya, seperti: SMED, TPM, dan Just In Time (JIT). Disiplin 5R memerlukan pengosongan barang-barang yang tidak diperlukan dalam proses produksi dalam rangka memungkinkan operator memperoleh barang secara cepat dan mudah. Ini merupakan prinsip dasar dari SMED, yang pada gilirannya memungkinkan penerapan JIT. Langkah awal dalam TPM adalah operator membersihkan mesin-mesin yang digunakannya, adalah salah satu mandat dari 5R. Masaaki Imai memasukan juga strategi 5R dalam bukunya Kaizen. Sumber: MIN Consulting ---------------------------- Ingin berlangganan artikel-artikel mengenai manajemen mutu? Silahkan daftar di situs MIN Consulting Halo member, saya baru saja upload Keputusan menteri negara lingkungan hidup nomor 122 thn 2004 tentang perubahan atas keputusan menteri negara lingkungan hidup nomor KEP-51/MENLH/10/1995 tentang baku mutu limbah cair bagi kegiatan industri. Silahkan download dari halaman "Download" - "Regulation" atau klik disini.
::: Pendahuluan
Sebagian orang menganggap bahwa ISO 9000 mengadopsi konsep TQM (Total Quality Management) dari Jepang, begitu juga dengan konsep PDCA yang diadopsi ISO 9000 mulai dari versi 2000 untuk meningkatkan sistem manajemen mutu secara berkesinambungan. Ulasan berikut ini diharapkan dapat menjelaskan secara singkat dan sederhana konsep TQM berikut sejarah dan penerapannya dalam ilmu manajemen dan manajemen terapan. ::: Definisi Total Quality Management atau TQM merupakan suatu sistem dan/atau pendekatan manajemen organisasi yang bertumpu pada mutu (quality), baik produk, proses maupun sumber daya organisasi tersebut yang tujuan akhirnya adalah memenuhi kepuasan pelanggan dan memberikan keuntungan bagi organisasi tersebut, termasuk didalamnya pemasok dan masyarakat. Dengan kata lain, Total Quality yang dimaksud mencakup: • Quality of return, untuk memuaskan shareholder organisasi bersangkutan dengan memberikan keuntungan dalam bentuk return on investment (ROI) yang baik. • Quality of products and services, untuk memuaskan pelanggan atau pengguna akhir (end user). • Quality of life, baik di dalam maupun di luar organisasi, untuk memuaskan personil organisasi, pemasok dan masyarakat sekitar. ::: Sejarah Pertama kali istilah Total Quality Control dipakai oleh Armand Feigenbaum's dalam bukunya berjudul: Quality Control: Principles, Practice, and Administration, yang diterbitkan tahun 1951. Kemudian di-rilis ulang dan diterbitkan tahun 1961 dengan judul: Total Quality Control (ISBN 0-07-020353-9). The American Society for Quality menyatakan bahwa istilah Total Quality Management pertama kali digunakan oleh U.S. Naval Air Systems Command yang mencoba menterjemahkan pendekatan manajemen model Jepang untuk peningkatan mutu. Dalam karya tulisnya, The Making of TQM: History and Margins of the Hi(gh)-Story pada tahun 1994, Xu meng-klaim bahwa istilah Total Quality Control merupakan translasi yang kurang tepat dari bahasa asalnya, yaitu bahasa Jepang, karena tidak ada perbedaan antara kata control dan management dalam bahasa Jepang. Di Jepang sendiri, TQM mengandung 4 unsur berikut: 1) Kaizen – Fokus pada peningkatan proses secara berkesinambungan guna membuat proses dapat dilihat (visible), diulang (repeatable) dan diukur (measurable). 2) Atarimae Hinshitsu – Gagasan bahwa sesuatu akan berfungsi seperti apa yang diharapkan, contohnya, pena berfungsi untuk menulis. 3) Kansei – Penyelidikan terhadap cara pemakai (user) menggunakan produk akan membukan jalan terhadap peningkatan mutu produk itu sendiri. 4) Miryokuteki Hinshitsu – Gagasan bahwa sesuatu pasti memiliki mutu estetikanya, contohnya, sebuah pena akan menulis dengan cara yang cocok bagi pemakainya. TQM mensyaratkan bahwa organisasi harus memelihara standar mutu disegala aspek bisnis organisasi bersangkutan. Hal ini untuk memastikan bahwa segala sesuatu dikerjakan dengan benar sejak awal, dan bahwa cacat (defect) dan pemborosan (waste) harus dihilangkan dari operasional organisasi. ::: Aplikasi Tidak ada standar atau prosedur khusus untuk menerapkan TQM. Setiap organisasi dapat saja menerapkan TQM dengan cara yang paling cocok bagi organisasi tersebut. Akan tetapi, program TQM yang diterapkan tersebut harus tetap terstruktur dan distandardisasikan. Saat ini, banyak organisasi menerapkan program TQM melalui model-model sistem manajemen standard, seperti: Deming Application Prize, Malcolm Baldrige Criteria, dan standard ISO 9000. Terdapat 2 model dasar yang umum digunakan dalam TQM, yaitu: * Siklus SDCA Siklus Standardize-Do-Check-Act (SDCA) merupakan model paling popular dalam menetapkan dan menstabilkan suatu proses. Suatu proses perlu distabilkan melalui standardisasi untuk dapat lebih mudah diukur, diprediksi, dan dikendalikan. Suatu peningkatan (improvement) tidak dapat dilakukan terhadap suatu proses yang tidak stabil. Sesuai dengan istilahnya, terdapat 4 langkah proses, yaitu: 1) Standardize, mengacu pada dokumentasi prosedur operasional, persyaratan proses dan spesifikasi lainnya guna menjamin bahwa proses selalu dilakukan sesuai standard yang ditetapkan 2) Do, mengacu pada kesesuaian terhadap standard yang ditetapkan 3) Check, merupakan tahap verifikasi apakah kesesuaian terhadap standar terjadi dalam proses yang stabil 4) Act, merupakan respon terhadap efek/akibat yang muncul dari penerapan standar tersebut Pada langkah 4, jika dengan menerapkan standard tersebut proses menjadi stabil, maka standard ditetapkan menjadi permanen dan diterapkan lebih luas lagi. Jika tidak, maka siklus kembali ke tahap standardisasi untuk merumuskan spesifikasi standard yang baru, demikian seterusnya. * Siklus PDCA Siklus Plan-Do-Check-Act (PDCA), atau juga dikenal sebagai siklus Shewhart atau siklus Deming, merupakan model paling popular dalam perbaikan berkesinambungan (continuous improvement). Sesuai dengan istilahnya, terdapat 4 langkah proses, yaitu: 1) Plan, mengacu pada aktivitas identifikasi peluang perbaikan dan/atau identifikasi terhadap cara-cara mencapai peningkatan dan perbaikan 2) Do, mengacu pada penerapan dan pelaksanaan aktivitas yang direncanakan 3) Check, mengacu pada verifikasi apakah penerapan tersebut sesuai dengan rencana peningkatan dan perbaikan yang diinginkan 4) Act, merupakan respon terhadap hasil verifikasi tersebut Seperti juga pada siklus SDCA, pada langkah 4, jika efek yang diamati sesuai dengan peningkatan dan perbaikan yang diinginkan, maka aktivitas tersebut dibuat permanen dan diterapkan lebih luas lagi. Jika tidak, maka siklus kembali ke tahap perencanaan aktivitas peningkatan dan perbaikan, demikian seterusnya. ::: Prinsip-prinsip TQM 1) Mutu (quality) dapat dan harus dikelola. 2) Setiap orang memiliki pelanggan yang harus dipuaskan. 3) Adalah proses, bukan orang, yang menjadi masalah. 4) Setiap karyawan bertanggung jawab terhadap mutu. 5) Masalah harus dicegah, bukan sekedar diperbaiki. 6) Mutu harus diukur sehingga bisa dikendalikan. 7) Peningkatan mutu harus berkesinambungan. 8) Tujuan mutu haruslah berdasarkan pada persyaratan pelanggan. Sumber: MIN Consulting ---------------------------- Ingin berlangganan artikel-artikel mengenai manajemen mutu? Silahkan daftar di situs MIN Consulting |
Categories
All
Archives
November 2015
Ikuti pelatihan online produktivitas untuk lingkup bisnis, pribadi dan rumah tangga
Your organization need assisting in improving productivity and profitability at low cost? come to us
You need a discussion forum of management system such as QMS ISO 9000, TQM, lean mfg., EMS ISO 14000, OHSAS 18000, ISO/TS 16949, six sigma, BSC, and so on? join with us for free.
|