sebelum saya berkecimpung di iso 9000, sempat saya mempelajari berbagai ulasan mengenai efektivitas QMS ini sebagai suatu sistem penjamin perbaikan mutu secara berkesinambungan dalam rangka kepuasan pelanggan yang ujung-ujungnya peningkatan daya saing. sayangnya, semua ulasan menunjukkan 80% atau lebih perusahaan yg menerapkan sistem ini dan telah mendapat sertifikat tidak mengalami perubahan yang significant kecuali bertambahnya pekerjaan administrasi. kalau teman-teman mau telusuri posting-posting awal, saya ada sampaikan review tersebut.
kalau kita lihat sejarah terbitnya standar ini (iso 9000 series), mestinya kita bisa menduga hal tersebut di atas. mungkin ada baiknya saya ulas sekilas sejarah iso 9000. saat perang dunia, industri militer memegang peran sangat strategis dalam memenangkan peperangan. adalah angkatan perang Inggris yang memulai penetapan prosedur-prosedur dalam pabrikasi persenjataan mereka guna mencegah kesalahan berulang atau menelusuri kenapa kegagalan produk terjadi. sangat sederhana sebenarnya, setiap proses didokumentasikan sedemikian rupa sehingga proses kemudian bisa direalisasikan persis seperti sebeumnya. sehingga jika terjadi ketidaksesuaian, akan segera dilihat apakah prosedur yang dilakukan berbeda dengan prosedur terdokumentasi. inilah yang menjiwai iso 9000 sehingga muncul anekdot-anekdot mengenai organisasi yang menerapkan sistem ini sebagai produsen kertas (prosedur-prosedur yang dicetak). memang ada upaya untuk mengganti pola "you say what you do and you do what you say" menjadi "continuously improvement for customer satisfaction" pada versi 2000 dan seterusnya. akan tetapi jiwa iso 9000 yang awal tersebut tidak mudah dihilangkan begitu saja. misalnya kita bisa lihat dalam audit, baik internal maupun eksternal audit, berapa banyak auditor yang concern dgn situasi real implementasi di lapangan? dan kalaupun mereka para auditor menjumpai persoalan major, apakah mereka berani melaporkannya - dengan kata lain si klien akan dicabut sertifikasinya. ditambah lagi budaya "cincay" di lingkungan kita saat ini. bicara sistem, pendapat saya, tidak bisa lepas dari budaya orang-orang yang terlibat. misalnya jika kita lihat kegagalan TPS (toyota production system) di NUMMI (joint venture Toyota-GM) selama 15 tahun awal berdirinya tidak lepas dari perbedaan budaya antara bangsa Jepang dan Amerika. ini juga menurut saya kenapa terdapat keengganan pada perusahaan-perusahaan Jepang untuk menerapkan QMS iso 9000 di perusahaan mereka. saya juga melihat hal itu. oleh karena itu, saya mencoba mengambil suatu pendekatan baru yang berkesesuaian dengan budaya orang Indonesia, meskipun beberapa prinsip-prinsip dasar tetap saya paksa terapkan, seperti pengukuran kinerja melalui quality objective dan management review. coba saya ambil kasus yang ada pada klien saya sebagai berikut: tahun 2011: produktivitas 28,1% - net profit -3% (loss 3%) tahun 2012: produktivitas 38,6% - net profit -5% (loss 5%) sebagai informasi klien saya telah menggunakan beberapa konsultan sistem sebelumnya, termasuk di tahun 2012. Nah, tahun 2013 target klien saya adalah mendapat net profit minimal 1,7% - berapapun produktivitasnya.... challengenya adalah: (1) saya harus membuat sistem yang mampu dilakukan oleh semua orang, terutama operator berpendidikan rendah tapi pengalaman 15-20 tahun. sehingga saya mesti membuang banyak sekali prosedur dan laporan yang tidak efektif, sehingga nyaris tanpa kertas, (2) kenaikan UMR 40% dan material 5% tapi tidak menaikkan selling price. (3) tidak ada investasi baru, baik orang maupun mesin/perangkat, artinya pakai yg ada.... (4) timeline: dalam 3 bulan sudah harus positif (maksudnya profit) Jadi, bagaimana hasilnya? - saya akan share diposting saya berikutnya. Salam hangat, Maskal Novessro
0 Comments
Leave a Reply. |
Categories
All
Archives
November 2015
Ikuti pelatihan online produktivitas untuk lingkup bisnis, pribadi dan rumah tangga
Your organization need assisting in improving productivity and profitability at low cost? come to us
You need a discussion forum of management system such as QMS ISO 9000, TQM, lean mfg., EMS ISO 14000, OHSAS 18000, ISO/TS 16949, six sigma, BSC, and so on? join with us for free.
|